“Aku yang kini di landa sepi, berharap bintang kan menemani. Namun mendung tetap bersikeras bertahan tak berikan sedikit celah untuk para bintang bersinar malam ini…..”
“Hmph…..”
Aku hanya dapat menghela napas panjang malam ini, karna berkemungkinan besar malam ini aku absent dengan aktivitasku setiap malam. Memandangi satu-persatu keindahan malam yang di ciptakan tuhan. Dari atas atap rumahku, aku bisa menghabiskan sepanjang waktuku hanya untuk memandangi bintang-bintang itu. Entahlah! sejak kapan aku menjadi sangat suka berlama-lama di atas atap dan memandangi bintang. Keletihanku menunggu mendung itu beranjak dari singgasananya membuat aku pasrah,
“oke, kali ini kau menang mendung menyebalkan!!” aku mengutuki mendung itu.
Gerakannya yang tetap anggun diatas sana seolah-olah sedang mengejekku,
“rasakan kau malam ini, jangan harap aku akan cepat-cepat beranjak dari sini” bunyi gledek yang menggelegar itu lebih terdengar tawa kemenangan sang mendung di telingaku. Tapi sudahlah mendung pun takkan bertahan sampai esok malam,
“awas saja jika kau kembali besok malam, takkan ku ampuni!!” gumamku dalam hati.
Akhirnya aku beranjak dari jendela kamarku menuju tempat tidur yang sudah menanti. Entah kenapa tempat tidur mungil yang terletak di sudut kamar begitu menggoda mataku untuk segera merebahkan tubuhku di atasnya. Ketika akan beranjak menuju tempat tidurku, kaki ku seperti menendang sesuatu yaitu sebuah bungkusan yang terselip di dekat lemari pakaian ku. Terasa nyeri ketika kaki ku menendang benda itu, bentuknya segiempat karena tanganku segera mengarah pada bungkusan itu dan membukanya. Setelah terbuka ternyata kotak itu berisi potongan-potongan foto seorang pria. Setelah kukeluarkan dan coba aku satukan satu per satu bagian dari foto itu maka muncullah sesosok gambar seorang pria,,,meskipun potongan itu tak begitu rapi.
“foto siapa ini?” aku bergumam sendiri karena aku benar-benar tak mengenai wajah di foto itu, tapi kenapa matanya begitu teduh??
****
Setelah sekian menit aku berusaha merekatkan kembali potongan foto itu dengan lem sehingga menjadi sebuah bagian yang utuh, akhirnya foto itu kembali seperti sedia kala meski tak lagi sempurna. Ketika aku membolak-balik dan memperhatikan foto tersebut di belakangnya terdapat sebuah tulisan, tulisan itu sepertinya sangat aku kenal. Setelah aku memperhatikan sekali lagi dan dengan sangat teliti, mataku terbelalak. Aku meyakini tulisan itu adalah tulisan tangan ku sendiri!!!
“My first love = tian…”
“05 agustus 2007”
“2007, berarti….foto ini ketika aku SMA”.
“tian…??” kenapa nama itu tak asing di telingaku?
“My first love? ini tulisan tanganku sendiri,,,berarti dia??”
Aku berusaha keras untuk mengingat sesuatu tentang foto ini, dan tian…. Namun sialnya aku gagal. Tak ada sedikitpun petunjuk yang menuntunku pada sebuah kejelasan tentang foto ini. Jika memang benar ia adalah seseorang yang begitu berarti untukku ketika aku SMA dulu, mengapa aku tak memiliki sedikitpun kenangan tentangnya? Berjuta pertanyaan berkecamuk dikepalaku yang kini menuntut sebuah jawaban, semakin keras usaha untuk memaksa otakku mencari potongan kenangan tentang tian semakin nihil hasil yang aku dapatkan.
****
Sunyi, sepi….semua tenggelam dalam mimpi mereka masing-masing. Namun tidak untuk ku, sampai detik ini mataku belum juga terpejam, meski jarum jam di dinding itu sudah menunjukkan jam 02.00 wib pagi. Aku kembali mengambil foto yang telah aku satukan tadi, dan kembali memandanginya, lekat ku tatap matanya dan perlahan mataku pun mulai redup dan perlahan terpejam. Dengan mudahnya aku memejamkan mataku setelah melihat fotonya, kini aku tenggelam bersama otakku yang kelelahan dan bersama teduhnya mata “tian”.
****
Beberapa menit berlalu. Aku yakin mataku masih terpejam dan aku masih tertidur di atas kasurku, tapi kenapa perasaanku mengatakan bahwa aku sedang tidak berada di tempat ku sebelumnya? Aku merasakan seseorang sedang menggendongku, sepertinya seorang pria, karena aku dapat merasakan tubuhnya yang kekar, entah mau di bawa kemana diriku? Aku ingin segera membuka mataku tapi entah kenapa aku tak bisa. Ingin berteriak pun mulutku terasa terkunci. Setelah beberapa menit berlalu aku mendengar suara mobil, sepertinya aku sedang berada di dalam sebuah mobil. Tak lama kemudian mobil itu berhenti, dan tubuhku di gendong kembali oleh pria ini yang sepertinya tergesa-gesa membawaku dan tiba-tiba kok badanku serasa berada di sebuah tempat yang empuk, dan aku yakin ini adalah sebuah tempat tidur kemudian terdengarlah sebuah percakapan antara pria yang menggendong ku ini dengan orang lain yang di panggil “dok”. “Dok?” Biasa panggilan dok itu untuk seorang “dokter” jangan-jangan aku sedang berada di sebuah rumah sakit? Tapi untuk apa?. Tak taulah!
“Dok” tolong di periksa ya? Saya khawatir terjadi sesuatu dengannya.
Memangnya apa yang terjadi? Tanya “dok”sambil menyuntikkan sesuatu ke tangan ku karena aku merasakan sesuatu masuk kedalam kulitku, tak lama kemudian mataku terasa begitu berat, ah!! Mungkin efek dari sesuatu yang di suntikkan itu… lalu semua menjadi benar-benar gelap. Akhirnya aku tak lagi mendengar suara pria itu dengan “dok”.
****
Saat aku mulai membuka mata, semua yang kulihat kabur pada awalnya namun perlahan-lahan mulai jelas. Aku melihat ke sekeliling, tempat ini begitu asing, benar-benar asing bagi ku…. Ketika perasaan bingung sedang menghampiriku, seseorang keluar dari dalam kamar mandi. Wajahnya begitu sumringah ketika melihat ku telah sadar, ia segera mendekatiku dan meraih tangan ku sambil meracau berbicara seenak perutnya,
“Syukurlah La akhirnya kamu sadar juga aku benar-benar khawatir dengan keadaan kamu ada yang masih sakit la? Bilang sama aku biar aku panggilin dokter untuk memeriksa kamu lagi ayo La bilang aja bagian mana yang masih sakit…… ak…u…”
“Stop!!! Kalo kamu ngomong terus, kapan aku ngomongnya?” Potong ku. “Lagian kamu itu siapa sih? aduh kepala ku kok sakit ya?”, rintih ku sambil memegangi kepalaku yang di perban dan terasa pusing plus sakit.
“La, kepala kamu sakit? Aku panggilin dokter ya?”.
“enggak-enggak, makasih. Oya, aku mau tanya, kenapa aku bisa ada di sini sih? Memangnya apa yang terjadi sama aku? ”.
“Hah?? Kok kamu gak inget sih dengan apa yang terjadi sama kamu?”, tanya pria itu.
Aku hanya menggelengkan kepala,,,,,
“hhh!!! Syukurlah….”.
“Wei!! Kok syukurlah sih? Kasih tau aku, apa yang terjadi semalam?”, tanyaku tak mengerti.
Pria itu begitu kaget ketika aku mengetakan kata-kata “tadi malam”….
”ng….ng….”. “Apaan? ayo dong ngomong.
Bukankah tadinya aku sedang tidur dirumah kan? Trus kok tiba-tiba aku bisa ada di sini? Aduhh…. Aku bener-bener bingung deh, ayo dong jelasin….. ”.
“Ola,,,, lebih baik kamu istirahat dulu deh, jangan mikir yang macam-macam dulu yah. Pulihkan dulu kesehatan kamu. Setelah kamu keluar dari klinik ini, kita pulang. Setelah itu aku janji akan menjelaskan semuanya kepada kamu, ya beb ya? Sekarang kamu tidur dulu ya?”, bujuk pria itu seolah-olah sedang mengalihkan pembicaraan dan tak ingin menjawab pertanyaanku.
Meskipun ku akui begitu banyak pertanyaan di kepalaku yang ingin ku tanyakan aku menurut dengan apa yang ia katakan. Agak sedikit kaget sih ketika ia memanggilku beb? Euh…… memang dia siapanya aku? Setelah membujukku untuk istirahat kemudian ia duduk di samping tempat tidurku sambil menggenggam erat tangan ku dan membelai rambutku, seakan-akan berkata : tenang La aku ada di sini. Tapi entah kenapa aku tak mencoba melepaskan genggaman pria itu dan membiarkan ia membelai lembut rambut ku hingga aku kembali terlelap.
****
Hoamh…. aku mencoba tuk kembali membuka mata, ketika sekali lagi melihat ke sekeliling, kebingungan kembali menghampiriku lagi. Aku sedang berada di sebuah kamar, tapi bukan kamar klinik yang aku tiduri tadi malam dan…. Hah? Kenapa pria itu masih berada di sini? Pake’ senyum-senyum segala…. Tapi ketika aku melihat kearah yang berlawanan dengan pria itu, aku melihat seorang wanita yang tak lain adalah mamaku sendiri. Aku langsung menghambur ke pelukannya, dan mama pun membelai rambutku dan menciumi keningku.
“kamu udah gak apa-apa kan nak?, untung ada Ino La, kamu langsung di bawa ke klinik terdekat, makasih ya No….”.
“iya tante, sama-sama. Lagian kan ini sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai pacarnya Ola…”, balas Ino. “hah?? Pa…car?? Kok bisa??”, gumam ku.
“Kenapa beb?” Tanya Ino.
“ha… eng…enggak!! Oya, kamu masih punya hutang sama aku…”.
“Apa beb?” Tanya Ino lagi. “Kamu belum jelasin sama aku apa yang terjadi sama aku tadi malam?”. Wajah Ino langsung berubah,
“eng…. Itu….a…aku kan ngajakin kamu jalan semalem, kok kamu gak inget sih beb?”.
“Enggak…. Aku bener-bener gak inget….trus kok aku bisa di bawa ke klinik? Dan kepala aku terluka”, sambil menunjuk-nunjuk perban yang ada di kepalaku.
“eng…. Itu….”.
“ato jangan-jangan kita berantem, trus kamu mukul aku”, terka ku dengan wajah menyelidik.
“Ha…. Berantem? Enggak… gak mungkin dong beb aku tega mukul kamu”, elak Ino.
“terus apa dong?”, rengek ku.
“gini loh beb, waktu kita lagi jalan-jalan kamu kepleset, padahal udah aku bilangin jangan terlalu bersemangat dan jalannya pelan-pelan, karena emang semalem itu abis ujan eh, kamunya gak mau dengerin aku. Ya… akhirnya kamu jatuh, terus kepala kamu kena kerikil dan pingsan”.
“oh… gitu?? Thanks ya!! Udah nolongin aku, kalo’ gak mungkin aku udah tewas kali.”
“iya… sama-sama beb… oya, kamu besok udah mau masuk ga? Masuk aja ya beb…. Biar aku yang jemput deh, gimana tante? Boleh ya?,” pinta Ino.
“Itu sih terserah Ola No...”. balas mamaku.
“Masuk apa ma?,” tanya ku.
“Masuk sekolah lah” sahut Ino.
“Sekolah? Di mana?” tanya ku lagi.
“Jangan bilang kalo’ kamu juga gak inget di mana kamu sekolah beb?” selidik Ino. “Eng…..”
aku langsung menunjukkan wajah bingungku sama Ino.
“Emang sampe’ segitunya luka di kepala kamu itu bikin kamu Amnesia dadakan?”.
Aku terdiam, “Amnesia? Siapa yang Amnesia? Aku bener-bener gak tau!! Ya udah kalo’ gitu, aku gak mau masuk besok!!” ancam ku.
“E…e…e… iya,iya,iya…. Aku akan kasih tau sejelas-jelasnya, tapi besok kamu masuk ya beb?” bujuk Ino.
Aku masih diam dengan tampang bete.
“Ok nama kamu Ola Lara Amelia, umur 17 tahun, duduk di kelas 3 SMA Budi Pertiwi, tinggal di desa meranti, dan punya pacar namanya Gustianino puass?”.
“hem…”jawabku males-malesan.
“ya udah besok jadi kan masuk lagi? Aku yang jemput ya beb… jam 7 aku udah sampe sini kok. Ya udah, aku pulang dulu ya.”
“Iya”, sahutku.
“tante Ino pulang ya?” pamit Ino.
“Iya”, sahut mamaku.
Ketika Ino sudah sampai di depan pintu kamarku, Ino berhenti dan berbalik ke arahku.
“Ada apa lagi?” tanya ku dengan jutek.
“Ada yang ketinggalan beb” jawab Ino.
“Apa?”tanya ku lagi.
Tanpa basa-basi Ino langsung mencium keningku sambil berkata,”ini…. Cepat sembuh ya beb?” dan langsung beranjak pergi.
Seketika aku terpaku dan tak percaya dengan apa yang Ino lakukan padaku, entahlah… apa yang kurasakan tapi yang pasti aku sangat senang dengan yang ia lakukan barusan. Sesaat aku melupakan kebingunganku tentang Ino, dan kenapa aku ada di sini?
*****
TO BE CONTINUE . . . . . .
tunggu cerita selanjutnya ya????